Renungan


Sex:
Male or Female?
Kej 1 : 26-27

             Sobat,jika kamu memperhatikan formulir isian, terutama yang meminta data pribadi, maka kamu akan menemukan pertanyaan tentang jenis kelamin. Laki-laki atau perempuan, pria atau wanita, male or female.Dengan membaca data tersebut, kita dapat dengan mudah mengenali jenis kelamin seseorang. Pentingkah kita mengetahui jenis kelamin seseorang? Ya, sebab dengan mengenali jenis kelamin, maka kita dapat memperlakukan orang itu dengan tepat & pantas. Misalnya mengikuti pertandingan olahraga. Masalahnya, di zaman sekarang perbedaan antara kedua jenis kelamin itu semakin tidak jelas. Makin banyak orang yang memiliki kecenderungan untuk berada ditengah- tengah (Banci / Tomboy). Kecenderungan ini semakin berkembang karena justru tokoh-tokoh yang menunjukan perilaku demikian yang menjadi terkenal.
              Sobat, bacaan kita ini menyatakan dengan jelas, bahwa Allah menciptakan manusia sepasang: pria & wanita. Hanya ada dua jenis kelamin. Artinya, jenis kelamin menjadi identitas dasar manusia yang turut membangun kepribadian seorang manusia. Jika hal ini tidak sungguh- sungguh dipahami, maka kita akan mengalami krisis identitas.
              Bukan hal yang salah jika ada laki- laki yang tidak bersikap gagah, atau seorang perempuan yang berpenampilan tomboy, asalkan ia tetap mengingat hakikat identitas dirinya, sebagai laki- laki atau perempuan. Namun jika seseorang dengan sengaja mengaburkan identitasnya karena mengikuti trend zaman, atau hanya karena ingin disukai atau menjadi pusat perhatian, itulah yang disebut krisis identitas. Sobat, krisis identitas dapat dicegah dengan menerima anugerah Allah, sebagai laki- laki atau perempuan dan berperilaku sesuai dengan maksud Allah ketika menciptakan manusia. 



Laki-laki atau Perempuan?

Sama Saja
Kej 2: 18-22

                     Lomba apa yang berlangsung dari zaman dahulu dan sampai sekarang pun belum berakhir? Jawabannya adalah: lomba adu kehebatan anatara kaum laki- laki dan kaum perempuan.Kaum laki- laki membangun gerakan "Male Chauvinism" dibalas oleh kaum perempuan dengan gerakan "Feminisme". Kedua belah pihak sama-sama ingin menunjukan kelebihan masing-masing. Persaingan semacam ini dibawa secara turun- temurun sehingga menyebabkan munculnya kecenderungan umtuk menganggap yang satu lebih baik dari yang lain.
                Sobat, bagaimanapun manusia menata kehidupan bermasyarakat, dan merumuskan budayanya, Alkitab mengajarkan bahwa semua manusia itu sederajat, jadi tidak ada yang kedudukannya lebih rendah atau lebih baik. Ketika Allah menciptakan manusia, Allah telah merencanakan untuk menghadirkan "penolong yang sepadan" bagi manusia yang lain. Sepadan artinya setara. Setara berarti tidak ada perbedaan antara Laki- laki dan Perempuan di mata Tuhan.
                Sobat, prestasi dan pencapaian kita tidak ditentukan oleh jenis kelamin. Laki- laki atau perempuan dapat membuktikan keunggulannya masing- masing sesuai kemampuannya. Nilai diri juga tidak ditentukan oleh jenis kelamin. Orang menilai kita baik atau tidak berdasarkan perilaku kita sehari- hari. Memberlakukan kehendak Allah berlaku untuk semua orang, baik Laki- laki atau perempuan. 



Memilih Neraka
Rom 1:18-32

                   Mungkinkah Tuhan yang Maha Pengasih menjebloskan manusia kedalam neraka? Pertanyaan ini menggelisahkan batin saya cukup lama. Sampai saya memahami kebenaran firman Tuhan.
                   Dalam surat kepada jemaat di Roma, Paulus menjelaskan tentang kabar baik keselamatan dari Tuhan. Namun sebelumnya, ia mulai dengan kabar buruk kondisi rohani umat manusia. Tuhan menyatakan diri supaya manusia dapat mengenalNya dan memuliakanNya. Akan tetapi, manusia membelakangi pernyataan-pernyataanNya dan memberontak melawan penciptaNya. Manusia lebih suka mengikuti keinginan hatiNya, hawa nafsuNya, pikiran-pikiranNya, dan memilih untuk berkubang dalam rupa- rupa kecemaran. Lebih baik celaka lagi, meski manusia tahu konsekuensi hukumannya, mereka tidak sekedar terus melawan Tuhan, tetapi juga bersukacita ketika orang lain ada dalam pemberontakan yang sama. 
                  Tuhan tidak menjebloskan manusia ke neraka. Tetapi manusia sendiri lah yang secara tidak sadar memilih untuk masuk neraka dengan cara melanggar perintah-perintahNya. Apakah kita selama ini menyambut anugerah Tuhan dengan syukur dan penyerahan diri yang sungguh? Ataukah kita lebih memilih mengikuti keinginan hati seraya menuduh Tuhan yang tidak mengikuti kemauan kita sebagai Tuhan yang kurang kasih? 


Bapa

Rom 8:12-17

                    Bilqis Sheikh menuliskan kisah hidupnya dalam buku I Dared to Call Him Father. "Saya tiba-tiba menyadari bahwa Dia mendengarkanku. Sama seperti bapaku di dunia mendengarkanku... Tiba- tiba aku merasa ada orang lain yang hadir disitu. Aku bisa merasakan hadiratNya ... Aku merasa seperti bocah kecil yang duduk dipangkuan BapaNya," demikian ia menulis. Kenyataan bahwa ia bisa memanggil Allah dengan sebutan Bapa membawa Bilqis merasakan kasih-Nya yang luar biasa.

                    Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma juga membukakan betapa luar biasanya hal ini. Ia menulis bahwa orang - orang Kristiani yang dipimpin oleh roh Allah adalah anak- anak Allah, dan sebagai anak, kita bisa memanggil-Nya dengan sebutan Bapa. Perhatikanlah berkat Bapa bagi anak- anak-Nya. Pertama, kita diberi kemampuan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging. Itu artinya kita diberi kesanggupan untuk menolak dosa, berkata tidak pada pencobaan. Kedua, kita tidak lagi menerima roh perbudakan yang membuat kita takut. Ketiga, kita adalah ahli waris dari janji- janji Allah. Berkat- berkat yang hebat dari Bapa yang hebat.


                     Seberapa sering kesadaran bahwa kita punya Bapa di surga mewarnai kehidupan kita sehari- hari? Kerap kita mengalah pada dosa, berputar- putar dalam ketakutan dan kekhawatiran hidup di dunia. Dan, biarlah rasa hormat dan sukacita mengalir deras di hati, setiap kali secara sadar kita memanggil-Nya sebagai Bapa.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar