Robert A. Jaffray
dilahirkan 16 Desember 1873 di Skotlandia dan merupakan produk keluarga yang
tidak memiliki keseimbangan rohani. Ayahnya amat dingin terhadap kekristenan
sedang ibunya sangat aktif di gereja. Masa kecil Robert tidak selincah dan
sebahagia teman sebayanya karena ia mengidap penyakit jantung dan gula yang
akut. Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata Tuhan memiliki rencana indah
dalam dirinya. Pada usia 16 tahun ia bertobat sungguh-sungguh berkat usaha dari
guru sekolah minggunya di Presbyterian St. James Square.
Beberapa tahun setelah pertobatannya ia tertantang
untuk menjadi pekabar Injil ke mancanegara setelah mendengar khotbah AB.
Simpson. Mulanya ia menampik panggilan ini, tetapi ia tak kuasa. Robert
kemudian masuk New York Missionary Training Institute sebagai persiapannya.
Tapi rencana untuk menjadi utusan Injil ternyata tak semulus yang ia duga. Niatnya
itu ditentang oleh ayahnya yang menginginkan dia melanjutkankan usaha ayahnya
di bidang asuransi. Ia diancam tidak akan dibantu dalam hal keuangan, tapi Rob
tetap pada pendiriannya. Baginya kekayaan tak punya arti lagi. Yang ada di
benaknya adalah penginjilan ke Tiongkok, apapun risikonya.
Tahun 1897, AB. Simpson mengutus misi ke Tiongkok Selatan dan Rob termasuk satu
di antaranya. Bersama Robert Glover, ia ditempatkan Tung-Un, kota kecil di
Kwangsi. Tapi di sana mereka kurang berhasil sehingga dihentikan. Setahun
kemudian mereka dipindahkan ke Wuchow dan di sinilah penginjilan mereka
benar-benar dimulai. Tantangan pun semakin hebat karena mereka dianggap
pengacau oleh penduduk setempat. Di tengah tantangan itu pelayanan mereka maju
pesat sehingga Rob diangkat menjadi Ketua Penginjilan di Tiongkok Selatan. Ia
juga ditugaskan untuk memimpin Sekolah Alkitab Wuchow dan Rob juga menerbitkan
The Bible Magazine. Hampir seluruh kehidupan Rob berkutat dengan penerbitan
yang menghasilkan berton-ton buku Kristen yang disebarkan ke seluruh dunia. Ia
juga mendirikan sebuah penerbitan bernama South China Alliance Press berkat
bantuan teman-temannya dari Kanada dan Amerika.
Rob menikah dengan Minnie dan tahun 1907 menjadi tahun kebahagiaan dengan
hadirnya seorang puteri di tengah mereka. Rob dijuluki Jenderal Penginjilan dan
dikenal sebagai seorang pemberani yang teguh pendiriannya sekaligus rendah
hati. Pada tahun 1920-an keadaan Tiongkok agak rawan. Di propinsi Kwangsi
terjadi kekacauan politik dan kerusuhan sosial yang amat mengerikan.
Perampokan, penculikan dan pembunuhan terjadi dengan hebatnya. Dalam usahanya
untuk membantu utusan misi yang terkepung musuh di Kweilin, Rob bersama
teman-temannya jatuh ke tangan perampok. Mereka dijarah habis-habisan. Tapi di
tengah tekanan itu Rob memberitakan Injil tanpa rasa takut sedikitpun, bahkan
ada perampok yang menangis mendengar khotbahnya. Rob akhirnya dilepaskan
disusul teman-temannya yang dibebaskan dengan uang tebusan oleh pemerintah
Tiongkok.
Tidak kapok dengan pengalaman mengerikan ini, Rob lalu mengalihkan perhatiannya
ke Indocina. Tapi kali ini ia kurang berhasil dan ia melanjutkan lagi
perjalanannya ke Tonkin bahkan sampai ke Hanoi, Vietnam. Saat pecah perang
dunia, pos-pos penginjilan di Indocina ditutup. Para penginjil tak bisa berbuat
apa-apa selain hanya belajar bahasa dan kebudayaan daerah-daerah Indocina.
Namun Rob tak patah semangat, ia lalu bernegosiasi dengan Gubernur Jenderal,
penguasa setempat dan hasilnya pekerjaan misi boleh dilanjutkan. Kesempatan ini
tidak disia-siakan. Ia lalu mendirikan percetakan di Hanoi yang menerbitkan
traktat-traktat dan buku rohani. Berkat kegigihannya pula berhasil diterbitkan
Alkitab dalam bahasa Annam dan buku-buku rohani dalam bahasa dan aksara korea.
Dalam pelayanannya Rob tidak asal tabur saja, ia memiliki strategi dan prinsip
yang ia pelajari dari Alkitab. Ia tidak pernah berhenti bergerak. Mendirikan
Sekolah Alkitab dan percetakan adalah kiat utama pelayanan Rob di samping
mendirikan gereja untuk menjaga iman orang Kristen baru. Lahan pelayanan di
Indocina amat luas dan berat, namun Rob tak gentar dengan ganjalan dan
rintangan yang menghalanginya. Ia makin gigih dan makin nekad saja. Pelayanan
gereja-gereja di Siam, Laos dan Kamboja serta Indocina lainnya pun berada di
bawah pengawasannya. Pekerjaan Rob adalah satu pekerjaan maha besar, baik
wilayah pelayanannya, tantangannya maupun keberhasilannya.
Tahun 1927 Rob merasa pelayanannya di Tiongkok Selatan hampir selesai. Karena
itu perhatiannya diarahkan ke Pasifik. Januari 1928, ia meninggalkan Tiongkok
menuju Pasifik dan mendarat di Sandakan, Kalimantan yang merupakan daerah
jajahan Inggris waktu itu. Tapi ia kurang tertarik dengan daerah tersebut
karena sudah ada misi di situ. Rob melanjutkan perjalanannya sambil memberi
tanda pada petanya untuk rencana penginjilannya di kemudian hari.
Tahun 1897, AB. Simpson mengutus misi ke Tiongkok Selatan dan Rob termasuk satu di antaranya. Bersama Robert Glover, ia ditempatkan Tung-Un, kota kecil di Kwangsi. Tapi di sana mereka kurang berhasil sehingga dihentikan. Setahun kemudian mereka dipindahkan ke Wuchow dan di sinilah penginjilan mereka benar-benar dimulai. Tantangan pun semakin hebat karena mereka dianggap pengacau oleh penduduk setempat. Di tengah tantangan itu pelayanan mereka maju pesat sehingga Rob diangkat menjadi Ketua Penginjilan di Tiongkok Selatan. Ia juga ditugaskan untuk memimpin Sekolah Alkitab Wuchow dan Rob juga menerbitkan The Bible Magazine. Hampir seluruh kehidupan Rob berkutat dengan penerbitan yang menghasilkan berton-ton buku Kristen yang disebarkan ke seluruh dunia. Ia juga mendirikan sebuah penerbitan bernama South China Alliance Press berkat bantuan teman-temannya dari Kanada dan Amerika.
Rob menikah dengan Minnie dan tahun 1907 menjadi tahun kebahagiaan dengan hadirnya seorang puteri di tengah mereka. Rob dijuluki Jenderal Penginjilan dan dikenal sebagai seorang pemberani yang teguh pendiriannya sekaligus rendah hati. Pada tahun 1920-an keadaan Tiongkok agak rawan. Di propinsi Kwangsi terjadi kekacauan politik dan kerusuhan sosial yang amat mengerikan. Perampokan, penculikan dan pembunuhan terjadi dengan hebatnya. Dalam usahanya untuk membantu utusan misi yang terkepung musuh di Kweilin, Rob bersama teman-temannya jatuh ke tangan perampok. Mereka dijarah habis-habisan. Tapi di tengah tekanan itu Rob memberitakan Injil tanpa rasa takut sedikitpun, bahkan ada perampok yang menangis mendengar khotbahnya. Rob akhirnya dilepaskan disusul teman-temannya yang dibebaskan dengan uang tebusan oleh pemerintah Tiongkok.
Tidak kapok dengan pengalaman mengerikan ini, Rob lalu mengalihkan perhatiannya ke Indocina. Tapi kali ini ia kurang berhasil dan ia melanjutkan lagi perjalanannya ke Tonkin bahkan sampai ke Hanoi, Vietnam. Saat pecah perang dunia, pos-pos penginjilan di Indocina ditutup. Para penginjil tak bisa berbuat apa-apa selain hanya belajar bahasa dan kebudayaan daerah-daerah Indocina. Namun Rob tak patah semangat, ia lalu bernegosiasi dengan Gubernur Jenderal, penguasa setempat dan hasilnya pekerjaan misi boleh dilanjutkan. Kesempatan ini tidak disia-siakan. Ia lalu mendirikan percetakan di Hanoi yang menerbitkan traktat-traktat dan buku rohani. Berkat kegigihannya pula berhasil diterbitkan Alkitab dalam bahasa Annam dan buku-buku rohani dalam bahasa dan aksara korea.
Dalam pelayanannya Rob tidak asal tabur saja, ia memiliki strategi dan prinsip yang ia pelajari dari Alkitab. Ia tidak pernah berhenti bergerak. Mendirikan Sekolah Alkitab dan percetakan adalah kiat utama pelayanan Rob di samping mendirikan gereja untuk menjaga iman orang Kristen baru. Lahan pelayanan di Indocina amat luas dan berat, namun Rob tak gentar dengan ganjalan dan rintangan yang menghalanginya. Ia makin gigih dan makin nekad saja. Pelayanan gereja-gereja di Siam, Laos dan Kamboja serta Indocina lainnya pun berada di bawah pengawasannya. Pekerjaan Rob adalah satu pekerjaan maha besar, baik wilayah pelayanannya, tantangannya maupun keberhasilannya.
Tahun 1927 Rob merasa pelayanannya di Tiongkok Selatan hampir selesai. Karena itu perhatiannya diarahkan ke Pasifik. Januari 1928, ia meninggalkan Tiongkok menuju Pasifik dan mendarat di Sandakan, Kalimantan yang merupakan daerah jajahan Inggris waktu itu. Tapi ia kurang tertarik dengan daerah tersebut karena sudah ada misi di situ. Rob melanjutkan perjalanannya sambil memberi tanda pada petanya untuk rencana penginjilannya di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar