Carey dilahirkan dari sebuah keluarga
miskin di Paulerspury, Northamptonshire, Inggris pada tahun1761. Orangtuanya
bekerja sebagai pegawai klerikel rendahan, anggota Gereja Anglikan. Tahun 1779
Carey mengalami pertobatan, yaitu ketika berusia 18 tahun. Ia lalu masuk ke
Gereja Baptis, menjadi pengkhotbah dan guru sekolah pada siang hari, sedang
malam harinya ia bekerja sebagai tukang sepatu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari.
Carey adalah tipe orang yang suka belajar keras dan tak kenal
menyerah dalam menghadapi tantangan. Ia belajar sendiri bahasa Yunani, Ibrani,
Belanda dan Perancis hingga menguasainya dengan baik. Sebagai hamba Tuhan yang
sudah mengalami pembaharuan, Carey memiliki perhatian yang kuat pada kegiatan
penginjilan.
Tahun 1792 Carey menjadi penggerak terbentuknya lembaga
pekabaran yang diberi nama Baptis Missionary Society (Lembaga Pekabaran Injil
Baptis) di Nottingham. Ia mencetuskan suatu semboyan terkenal, “Mengharapkan
perkara-perkara besar dari Allah dan mengusahakan perkara-perkara besar bagi
Allah”. Bagi Carey, amanat agung yang diberikan Yesus adalah mengabarkan Injil
bagi segala mahluk, dan setiap orang Kristen harus menjadi pemberita kabar
baik.
Ia menjadi pendeta di Kapel Gereja Baptis di Moulton tahun
1786. Lalu Lembaga Pekabaran Injil Baptis mengirimnya sebagai misionaris yang
pertama ke India pada tahun 1792. Bersama dengan keluarganya ia berangkat ke
India menumpang kapal barang dan tiba di Malda, sebagai pusat kegiatan
pekabaran Injilnya yang pertama. Namun kemudian perusahaan East India Company
melarang Carey memberitakan Injil disitu sehingga ia bekerja pada sebuah
perkebunan nila sambil belajar bahasa setempat. Setelah 5 tahun, ia berhasil
mempelajari bahasa Bengali dengan baik dan mulai menterjemahkan kitab Perjanjian
Baru ke dalam bahasa tersebut. Di tahun 1799, perkebunan nila tempat Carey
bekerja bangkrut, dan hal ini mengharuskannya pindah ke Serampore, daerah
koloni Denmark.
Di tempat baru ini Carey bergabung dengan dua orang pekabar
Injil Gereja Baptis yang lain, yaitu Joshua Marshman dan William Ward. Mereka
bertiga lalu dikenal dengan sebutan “Trio Serampore”. Dengan bantuan kedua
teman Inggrisnya ini, Carey berhasil menerbitkan terjemahan Perjanjian Baru
dalam bahasa Bengali. Pada tahun 1801, ia membuka sekolah yang diberi nama
“Fort William College” untuk mendidik orang pribumi India menjadi pendeta.
“Hanya dengan pemberita kaum setempat, kita bisa berharap negeri yang luas ini
mendengar kabar baik,” katanya dengan yakin. Carey berpendapat bahwa Lembaga Pekabaran
Injil harus segera mendidik orang pribumi untuk menjadi pemberita Injil bagi
bangsanya sendiri. Di sekolah tersebut Carey mengajar bahasa Sansekerta,
Bengali dan Marathi kurang lebih 30 tahun.
Selain itu Carey juga aktif menghimpun dana untuk membiayai
penelitian di dunia pertanian. Upaya ini dilakukan dalam usahanya untuk
memikirkan masalah pangan di negeri dimana Tuhan mengutusnya. Kegiatannya yang
lain adalah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bengali dan bahasa-bahasa
lainnya, menyusun tata bahasa dan Kamus Bahasa Sansekerta, Marathi, Punyab dan
Telugu.
Selain dikenal sebagai bapa pekabaran Injil, Carey juga
dikenal sebagai tokoh oikumenis. Dialah yang mencetuskan ide agar setiap 10
tahun diadakan konferensi bersama dari seluruh Lembaga Pekabaran Injil di
Tanjung Harapan. Ide ini belum terwujud semasa hidupnya, tetapi baru tercapai
pada tahun 1910 di Edinburg. Pengertian oikumene dalam pengertian modern adalah
berasal darinya. William Carey akhirnya meninggal dunia tahun 1834 dalam usia
73 tahun. Pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia, orang-orang Kristen di
tanah Maluku turut merasakan pekerjaan dan pelayanan anak dari William Carey,
yaitu Yabez Carey.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar